![]() |
”Kerajaan mataram kuno”
![]() |
OLEH:
NAMA : MITA ANGGREANI
KELAS : XI MA
MATA PELAJARAN : SEJARAH NASIONAL
UMUM
GURU BIDANG STUDI : SICILIA EKA SAFITRI S,Pd
tahun ajaran : 2015 / 2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat tuhan yg maha kuasa atas segala limpahan rahmatnya dan
hidayahnya se hingga kami saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan baik, yang berjudul KERAJAAN MATARAM KUNO. semoga ibu maupun bapak dapat
menerima hasil kerja saya ini dengan senang hati. Dalam penulisan makalah ini
saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan
makalah ini.
saya
mengucapkan banyak terimakasi karena dalam penyusanan makalah sejarah ini tidak
lepas dari bimbingan dan dukungan oleh oleh ibu guru dan teman-teman yg selalu
memberikan saya motivasi dan inspirasi sehingga saya dapat membuat makalah ini
dengan baik.
saya
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan khususnya
bagi penyusunya dan umumnya bagi para pembacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar
Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C.
Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN..............................................................................................................2
1.
Kerajaan
Mataram.................................................................................................2
A. Kehidupan
politik...........................................................................................2
...........................................................................................3
B.
Kehidupan
Sosial Ekonomi......... ...................................................................4
C. Kehidupan Agama dan Kebudayaan..............................................................4
D. Tataran Birokrasi Kerajaan Mataram Kuno....................................................5
....................................................6
MASA
KEMUNDURAN................................................................................................7
2. Kemunduran
Kerajaan Mataram Kuno........................................................................7
PENUTUP........................................................................................................................8
A. KESIMPULAN....................................................................................................8
B.
SARAN................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kerajaan mataram
kuno adalah kerajaan Hindu yang banyak meninggalkan sejarah melalui prasasti yang
ditemukan. Sejak abad 10 kerajaan mataram kuno di Jawa Timur di mulai dari
pemerintah Mpu Sindok yang kemudian di gantikan oleh Sri Lokapala. Selanjutnya
adalah Makuthawangsa Wardhana, terakhir adalah Dharmawangsa Teguh sebagai
penutup Kerajaan Mataram Kuno atau medang.
Secara umum Kerajaan Mataram Kuno pernah di
pimpin oleh 3 Dinasti yang pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa
Senjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana. Warga Isyana merupakan dinasti
yang berkuasa di kerajaan Mataram Kuno setelah berpindah dari jawa Tengah ke
Jawa Timur.
Pendiri dari dinasti Isyana adalah Mpu Sindok,
baru membangun kerajaanya di Tamwiang tahun 929. Kerajaan yang didirikan Mpu Sindok
merupakan lanjutan dari kerajaan Mataram. Dengan demikian Mpu Sindok dianggap
sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana. Perpindahan kerajaan ke
Jawa Timur tidak disertai dengan penaklukan karena sejak masa Dyah Balitung,
kekuasaan Kerjaan Mataram Kuno telah Meluas hingga ke Jawa Timur.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana awal berdirinya
kerajaan Mataram Kuno ?
2.
Bagaimana Aspek Kehidupan
Politik, Kehidupan Sosial Ekonomi, Kehidupan Agam dan Kebudayaan ?
3.
Bagaimana tatanan birokrasi
Kerajaan Mataram Kuno ?
4.
Apa penyebab Kerajaan Mataram
Kuno mengalami kemunduran ?
C.
Tujuan
Dengan tersusunya makalah ini penulis mempunyai tujuan,
bagi siapapun pembacanya yaitu antara lain :
1. Agar
mengetahui penjelasan mengenai peristiwa-peristiwa penting mengenai sejarah
kerjaaan mataram kuno
2.
Agar mengetahui sejarah dan lokasi kerajaan mataram
kuno.
3.
Agar mengetahui peristiwa-peristiwa penting di kerjaan
mataram.
4.
Agar mengetahi siapa-siapa saja pemimpin kerjaan
mataram.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Kerajaan Mataram
Kerajaan mataram kuno
terletak di jawa tengah dengan intinya sering di sebut Bumi Mataram. Daerah ini
di kelilingi oleh Gunung Sindoro, Gunung
Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini
juga dialiri oleh sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo, dan Sungai
Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.
Di Bumi Mataram
diperintah oleh dua wangsa atau dinasti, yaitu
Dinasti Senjaya yang beragama Hindu
(di bagian utara), Dan Dinasti Syailendra
yang bergama Buddha ( Di Bagian Selatan ). Dalam pembuatan candi, kedua
dinasti dapat bekerja sama, tetapi di bidang politik terjadi perebutan
kekuasaan.
A.
Kehidupan Politik
Pada mulanya yang
berkuasa di mataram adalah Dinasti Sanjaya. Bukti adanya kerajaan mataram kuno
di jawah tengah dapat di ketahui dari prasasti Canggal yang di temukan Di kaki
Gunung Wukir di Magelang. Prasasti Canggal di keluarkan oleh Raja Sanjaya
dengan berangka tahun berbentuk candrasengkala berbunyi srutiindriyarasa atau
tahun 654 saka=732 M berhuruf pallawa
dan berbahasa sangkerta. Isi pokok Prasasti Canggal adalah pendirian sebuah
Lingga di Bukit Stirangga buat keselamatan rakyatnya.
Petunjuk tentang
Senjaya adalah Prasasti Mantyasih atau
Prasasti Kedu yang di buat oleh Raja
beliitung. Prasasti itu menyebutkan bahwa Sanjaya adalah raja pertama ( wangsakarta ) dengan ibu kota kerajaanya
di Mdang ri Poh Pitu. Dalam prasasti
itu juga disebutkan raja-raja yang pernah memerintah, seperti berikut:
1) Sanjaya 6) Pikatan
2) Panangkaran 7)
Kayuwangi
3) Panunggalan 8)
Watuhumalan
4) Warak 9)
Balitung
5) Garung
Prasasti Dinayo di Jawa Timur tahun 706 menyebutkan adanya Raja Gajayana
yang mendirikan tempat pemujaan Dewa Agasty
(peruwujudan Siwa sebagai Mahaguru ) diwujudkan pula dalam bentuk lingga. Di samping itu, juga didirikan
Candi Badut dengan berlanggam candi Jawah Tengah.


Dalam Prasasti Kelurak (di daerah Prambanan) tahun 782 disebutkan tentang
pembuatan Arca Manjusri sebagai perwujudan Buddha, Dharma, dan Sanggha yang
sama dapat di samakan dengan Brahma, Wisnu dan Siwa. Mungkin sekali bangunan
sucinya ialah Candi Lumbung yang
terletak di sebelah utara Prambanan. Raja yang memerintah waktu itu ialah
Indra. Pengganti Indra yang terkenal Smaratungga
yang dalam pemerintahanya mendirikan Candi Borobudur tahun 824.


Dan dengan di bangunya candi
Hindu dan Buddha yang berdekatan menggambarkan adanya kerukunan beragama di
Bumi Mataram.
Dan
untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, Mataram Kuno
menjalin kerjasama dengan kerajaan tetangga, misalnya Sriwijaya, Siam dan
India. Selain itu, Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan politik. Wangsa
Sanjaya merupakan penguasa awal di Kerajaan Mataram Kuno, sedangkan Wangsa
Syailendra muncul setelahnya yaitu mulai akhir abad ke-8 M.
Pada
tahun 856 terjadi perubahan besar di Jawa Tengah, Balaputra Dewa (adik
Pramodhawardani) yang pusat di pegunungan selatan yang terkenal dengan Istana Ratu Boko berusaha merebut
kekuasaan. Namun, ia malah tersingkir di Jawa Tengah dan akhirnya melarikan
diri ke Sumatra (menjadi raja di Sriwijaya). Jawa Tengah kemudian sepenuhnya di
perintah oleh Dinasti Sanjaya. Raja terakhrnya Raja Wawa dan digantikan Empu Sindok
yang kemudian memindahkan pusat pemerintahanya di Jawa Timur.
B.
Kehidupan Sosial Ekonomi
Kehidupan ekonomi masyarakat
bertumpu pada pertanian. Kondisi alam Bumi Mataram yang tertutup dari dunia
luar sulit untuk mengembangkan aktivitas perekonomianya dengan pesat. Pada masa
Raja Balitung aktivitas perhubungan dan perdagangan dikembangkan lewat Sungai
Bengawan Solo. Pada Prasasti Wonogiri (903)
disebutkan bahwa desa-desa yang terletak di kanan – kiri sungai dibebaskan dari
pajak dengan catatan harus menjamin kelancaran lalu lintas lewat sungai
tersebut. Lancarya pengangkutan perdagangan melalui sungai
tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan
rakyat Mataram Kuno.
Pusat kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah sungai Progo, meliputi
daratan Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Daerah itu amat subur
sehingga rakyat menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini
mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor
dan mengimpor hasil pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan
hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi.
C.
Kehidupan Agama dan Kebudayaan
Bumi
Mataram di perintah oleh Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Dinasti
Senjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaanya di utara. Hasil budayanya
berupa candi-candi, seperti Gedong sanga dan Kompleks Candi Dieng. Sebaliknya,
Diansti Syailendra beragama Buddha dengan pusat kekuasaanya di daerah selatan.
Hasil budayanya seperti Candi Borobudur, Mendut, dan Pawon.
Semula
terjadi perebutan kekuasaan, namun kemudian terjalin persatuan ketika terjadi
perkawinan antara Pikatan (Sanjaya) beragama Hindu dan Pramodhawardhani
(Syailendra) beragama Buddha. Sejak itu agama Hindu dan Buddha hidup
berdampingan secara dami. Hal ini menunjukan betapa besar jiwa toleransi bangsa
indonesia. Toleransi ini merupakan sala satu sifat kepribadian bangsa indonesia
yang wajib kita lestarikan agar tercipta kedamaian, ketentraman dan
kesejahtraan.
Semangat kebudayaan
masyarakat Mataram Kuno sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan
banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti peniggalan dari
Kerajaan Mataram Kuno, seperti prasasti Canggal (tahun 732 M), prasasti Kelurak
(tahun 782 M), dan prasasti Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga dibangun candi
Hindu, seperti candi Bima, candi Arjuna, candi Nakula, candi Prambanan, candi
Sambisari, cadi Ratu Baka, dan candi Sukuh. Selain candi Hindu, dibangun pula
candi Buddha, misalnya candi Borobudur, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari,
candi Pawon, dan candi Mendut. Mereka juga telah mengenal bahasa Sansekerta dan
huruf Pallawa. Selain tiu, masyarakat kerajaan Mataram Kuno juga mampu
membuat syair.
D. Tatanan Birokasi Kerajaan
Mataram Kuno
Selama
178 tahun berdiri, kerajaan
mataram kuno dipimpin oleh raja-raja yang sebagian terkenal dengan keberanian,
kebijaksanaan dan sikap toleransi terhadap agama lain. Adapun raja-raja yang sempat
memerintah kerajaan Mataram Kuno antara lain:

a) Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
b) Sri
Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
c) Sri
Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
d) Sri
Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
e) Sri
Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
f) Sri Maharaja Rakai Pikatan (840-863 M)
g) Sri
Maharaja Rakai Kayuwangi (863-882 M)
h) Sri
Maharaja Rakai Watuhumalang (882-898 M)
i) Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910 M)
Kerajaan mataram kuno
dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya yang terkenal sebagai seorang raja yang
besar, gagah berani dan bijaksana serta sangat toleran terhadap agama lain. Ia
adalah penganut Hindu Syiwa yang taat. Setelah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
meninggal dunia, beliau kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sankhara
yang bergelar Rakai Panangkaran Dyah Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya. Raja
Panangkaran lebih progresif dan bijaksana daripada Sanjaya sehingga Mataram
Kuno lebih cepat berkembang. Daerah-daerah sekitar Mataram Kuno segera
ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh di Jawa Barat dan Kerajaan Melayu di
Semenanjung Malaya. Ketika Rakai Panunggalan berkuasa, kerajaan Mataram
Kuno mulai mengadakan pembangunan beberapa candi megah seperti candi Kalasan,
candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, candi Mendut, dan Candi Borobudur.
Kemudian setelah Rakai
Panunggalan meninggal, beliau digantikan oleh Rakai Warak. Pada zaman
pemerintahan Rakai Warak, ia lebih mengutamakan agama Buddha dan Hindu sehingga
pada saat itu banyak masyarakat yang mengenal agama tersebut. Setelah Rakai
Warak meninggal kemudian digantikan oleh Rakai Garung.
Pada masa pemerintahan Rakai garung
pembangunan kompleks candi dilanjutkan di Jawa Tengah bagian utara terutama di
sekitar pegunungan Dieng. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya kompleks
bangunan candi Hindu di dataran tinggi Dieng, seperti candi Semar, candi
Srikandi, candi Punta dewa, candi Arjuna dan candi Sembadra. Selain itu di
bangun pula kompleks candi Gedong Sanga yang terletak di sebelah kota Semarang
sekarang.
Setelah Rakai Garung
meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan. Berkat kecakapan dan keuletan Rakai
Pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya pun
bertambah luas meliputi seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai
pembangunan candi Hindu yang lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi
Lara Jonggrang) di desa Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan
oleh Rakai Kayuwangi. Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak
menghadapi masalah dan berbagai persoalan yang rumit sehingga timbullah benih
perpecahan di antara keluarga kerajaan. Selain itu zaman keemasan Mataram Kuno
mulai memudar serta banyak terjadi perang saudara.
Saat Rakai Kayuwangi
meninggal ia digantikan oleh Rakai Watuhumalang. Rakai Watuhumalang berhasil
melanjutkan pembangunan Candi Prambanan. Kemudian setelah Rakai Watuhumalang
meninggal ia digatikan oleh Rakai Watukura Dyah Balitung. Pada masa
pemerintahan Rakai Dyah Balitung dikenal 3 jabatan penting, yaitu rakryan i
hino (pejabat tinggi sesudah raja), rarkyan i halu dan rarkyan i
sirikan. Ketiganya merupakan tritunggal. Dyah Balitung memerintah sampai
tahun 910 M dan meninggalkan banyak prasasti (20 buah). Ada prasasti yang menyebutkan
bahwa Raja Balitung pernah menyerang Bantan (Bali). Setelah Rakai Watukura Dyah
Balitung wafat ia digantikan oleh Daksa dengan gelar Sri Maharaja Sri
Daksottama Bahubajra Pratipaksaksaya. Sebelumnya ia menjabat sebagai rakryan
i hino. Ia memerintah dari tahun 913-919 M. Pada masa pemerintahan Raja
Daksa inilah pembangunan Candi Prambanan berhasil diselesaikan. Pada tahun 919
M Daksa digantikan oleh Tulodhong yang bergelar Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodhong
Sri Sajanasanmattanuragatunggadewa. Masa pemerintahan Tulodhong sangat
singkat dan tidak terjadi hal-hal yang menonjol.
Pengganti Tulodhong
adalah Wawa. Ia naik tahta pada tahun 924 M dengan gelar Sri
Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri Wajayalokanamottungga. Sri Baginda
dibantu oleh Empu Sindok Sri Isanawikrama yang berkedudukan sebagai Mahamantri
i hino.
Sanjaya).
2.
Kemunduran Kerajaan Mataram
Kuno
Kemunduran kerajaan Mataram Kuno disebabkan
karena kedudukan ibukota kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan tidak
menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh:
1)
Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan
dengan dunia luar:
2)
Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi;
3)
Mendapat ancaman serangan dari kerajaan Sriwijaya.
Oleh karena itu pada tahun
929 M ibukota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur (di bagian hilir Sungai
Brantas) oleh Empu Sindok. Pemindahan ibukota ke Jawa Timur ini dianggap
sebagai cara yang paling baik. Selain Jawa Timur masih wilayah kekuasaan Mataram
Kuno, wilayah ini dianggap lebih strategis. Hal ini mengacu pada letak sungai
Brantas yang terkenal subur dan mempunyai akses pelayaran sungai menuju Laut
Jawa. Kerajaan itu kemudian dikenal dengan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa
Timur atau Kerajaan Medang Kawulan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan
Hindu-Budha yang ada di Jawa Tengah. Kerajaan yang beribu kota di Medang
Kamulan ini berdiri pada abad ke-8 M. Kerajaan Mataram Kuno terdapat 3 Wangsa
(dinasti) yang pernah berkuasa, yakni Wangsa Sanjaya, Syailendra, dan Isana.
Wangsa Sanjaya sendiri pemeluk agama Hindu beraliran Syiwa, Syailendra pengikut
Budha, dan Isana wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok. Berdasarkan
Prasasti Canggal (732), raja pertama yang berkuasa di Kerajaan Mataram yakni
Raja Sanna yang kemudian digantikan oleh Sanjaya. Raja Sanjaya tidak lain
adalah keponakan Raja Sanna, yakni putra dari Sannaha (saudara perempuan Raja Sanna).
Hal ini karena Raja Sanna tidak memiliki keturunan sebagai penggantinya.
Pada
masa pemerintahan Sanjaya (717-746 M), Kerajaan Mataram menganut agama Hindu.
Raja Sanjaya memimpin sangat bijaksana sehingga rakyatnya hidup makmur, aman,
dan tentram. Hal ini sesuai dengan prasasti Canggal yang menyebutkan bahwa
tanah Jawa kaya akan emas dan padi. Setelah meninggalnya Sanjaya, Mataram
dipimpin oleh Panangkaran atau Syailendra (746-784 M) yang menganut agama Budha
beraliran Mahayana. Pada saat itu, agama Hindu dan Budha berkembang bersama di
Mataram Kuno. Penganut agama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara,
sedangkan pengikut agama Budha berada dibagian selatan. Kemudian Syailendra
digantikan oleh Rakai Pikatan. Pada tahun 850, Rakai Pikatan dari Wangsa
Sanjaya menikah dengan Pramodhawardhani dari keluarga Syailendra. Hal ini
menyebabkan Wangsa Sanjaya kembali memerintah Mataran Kuno dan berhasil
menyingkirkan Wangsa Syailendra. Oleh karena itu, pada masa Rakai Pikatan,
Mataram Kuno berhasil disatukan kembali. Wilayah Mataram berkembang mencapai
Jawa Tengan dan Jawa Timur.
Setelah Mpu
Sindok, Mataram dipegang oleh Dharmawangsa (cicit Mpu Sindok) yang berkuasa
pada tahun 990-1016 M. Pada masa ini, Mataram Kuno diserang oleh Sriwijaya atas
dasar balas dendam Sriwijaya sejak Mataram dipegang oleh Rakai Pikatan.
Akhirnya pada tahun 1016, Dharmawangsa meninggal ditangan Sriwijaya.
Berakhirlah Kerajaan Mataram Kuno.
B. SARAN
Sebaiknya kita sebagai
warga negara indonesia, selalu senantiasa melestarikan budaya kita sendiri yang
suda lama melekat, dan mengikuti kebiasaan bertoleransi terhadap agama lain,
agar tercipta kedamain, ketentraman dan kesejahtraan.
Negra kita ini kaya
akan budaya, maka dari itu kita semua senantiasa ikut mengambil peran dalam
menjaga peninggalan-peninggalan sejarah (budaya) kita sendiri, agar tidak di
ambil atau di rusak ole negara-negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://ms.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Mataram_Kuno
http://haristepanus.wordpress.com/masa-hindu-buddha/kerajaan- mataram-kuno/
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-mataram- kuno.html
http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Archive/Sejarah-
Indonesia/Zaman-Pra-Kolonial/Tahun-600-799/Sekitar-Tahun-
732-Kerajaan-Medang-atau-Mataram-Kuno http://kerajaan-singasari.blogspot.com/2013/10/sejarah-berdirinya-
kerajaan-mataram.html
http://buihkata.blogspot.com/2013/02/sejarah-kerajaan-mataram- kuno.html
http://encuss26.blogspot.com/
http://akhmadjohan.blogspot.com/2010/10/dinasti-syailendra-dan-
sanjaya.html http://id.wikipedia.org/wiki/Wangsa_Sanjaya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar